3 Soft Skill Wajib untuk Developer yang Ingin Dilirik HR
- nadiah888
- 25 Nov
- 4 menit membaca

Menjadi developer profesional bukan hanya soal jago GoLang, Python, atau JavaScript. Di proses rekrutmen, HR sekarang melihat kandidat secara lebih menyeluruh. Artinya, skill teknis saja tidak cukup — kamu juga harus punya soft skill yang bikin kamu bisa bekerja efektif dalam tim, menghadapi tekanan, dan berkomunikasi dengan baik dengan berbagai stakeholder.
Menurut LinkedIn Workplace Study, soft skill bahkan punya kontribusi lebih dari 65% dalam keputusan hiring, terutama untuk posisi yang melibatkan kerja kolaboratif seperti developer.
Jadi, kalau kamu ingin menonjol di antara ratusan pelamar lain, tiga soft skill ini wajib kamu kuasai.
1. Problem-Solving: Kunci Utama Developer Efektif
Pada dasarnya, developer adalah pemecah masalah. Coding hanyalah alat. Nah, kemampuan kamu memetakan masalah, cari akar penyebabnya, dan menemukan solusi yang efisien—itu yang membuat HR melihat kamu sebagai kandidat bernilai.
Kenapa problem-solving jadi perhatian HR?
Cara berpikir kamu terlihat lebih terstruktur.
Kamu mampu menangani bug kompleks secara tenang dan sistematis.
HR ingin kandidat yang proaktif mencari solusi, bukan yang pasif menunggu arahan.
Developer dengan problem-solving kuat biasanya menghasilkan fitur yang lebih stabil dan minim revisi.
Contoh situasi nyata
Saat interview, HR atau engineer bisa saja bertanya:
“Kalau kamu menemukan modul API yang error, apa langkah pertama yang kamu lakukan?”
Jawaban yang baik bukan sekadar “cek error code”, tapi menunjukkan alur berpikir jelas:
Identifikasi masalah
Analisis penyebab
Buat hipotesis
Eksekusi solusi
Verifikasi hasil
Dokumentasi
Pola seperti inilah yang menunjukkan kamu bukan hanya bisa coding, tapi juga berpikir sebagai problem solver.
Cara melatih kemampuan problem-solving
Coba ikut challenge debugging atau studi kasus kecil.
Biasakan membuat flowchart sebelum mulai coding.
Ikut hackathon untuk melatih berpikir cepat dan efektif.
Pelajari proyek open-source dan pahami masalah yang mereka selesaikan.
Semakin kuat kemampuan problem-solving, semakin besar kemungkinan HR melihat kamu sebagai aset jangka panjang di tim engineering.
2. Komunikasi Efektif: Bukan Pemalu, Tapi Jelas
Banyak orang berpikir developer cuma duduk coding seharian. Nyatanya, sekitar 70% waktu developer habis untuk berdiskusi dengan tim, menjelaskan solusi, menulis dokumentasi, atau menyampaikan update. Justru ini yang membuat skill komunikasi jadi krusial.
Kenapa HR peduli dengan komunikasi?
Proyek tech biasanya melibatkan banyak tim: produk, desain, QA, bahkan klien.
Developer yang komunikatif membuat proses kerja lebih cepat dan minim miskomunikasi.
Komunikasi yang baik adalah modal untuk naik ke posisi senior atau lead.
HR menghindari kandidat yang sulit menjelaskan pikirannya atau tidak bisa menyampaikan masalah secara jelas.
Contoh komunikasi yang dianggap kuat
Daripada berkata:
“Sistemnya error, saya nggak tahu kenapa.”
Akan jauh lebih baik jika kamu mengatakan:
“Saya menemukan respons API naik dari 200ms ke 1.2s setelah patch 1.4. Dugaan awal saya ada query yang belum terindeks. Sekarang saya lagi cek log dan query plan untuk memastikan.”
Satu kalimat ini menunjukkan kamu paham konteks, tetap tenang, dan komunikatif.
Cara meningkatkan skill komunikasi
Coba jelaskan konsep teknis ke orang yang tidak punya background teknik.
Ikut sesi diskusi atau presentasi internal.
Latih kemampuan storytelling teknis.
Biasakan menulis dokumentasi untuk setiap mini project.
3. Teamwork & Attitude Profesional: Pondasi Kepercayaan
Industri teknologi sangat bergantung pada kerja tim. Bahkan developer yang paling jago pun tidak akan bisa menyelesaikan proyek besar sendirian.
HR ingin memastikan kamu punya sikap yang tepat untuk bekerja dalam lingkungan itu.
Yang paling diperhatikan HR:
Mampu bekerja dalam tim lintas divisi
Bisa menerima feedback tanpa defensif
Cepat beradaptasi dengan budaya kerja
Tetap profesional meskipun sedang under pressure
Kenapa ini penting?
HR mencari orang yang bisa bekerja bersama, bukan sekadar orang yang pintar. Kandidat dengan attitude buruk justru bisa menghambat tim, membuat konflik, atau memperlambat progres.
Sebaliknya, developer dengan attitude baik biasanya cepat diajak kerja sama dan cepat menyesuaikan diri dengan ritme kerja perusahaan.
Contoh teamwork yang baik
Memberi masukan dengan sopan dan tidak merendahkan
Membantu rekan tim tanpa diminta
Jujur ketika menghadapi hambatan
Berani mengakui kesalahan dan memperbaikinya
Cara memperkuat skill teamwork
Terlibat dalam proyek kelompok
Memahami cara kerja Agile/Scrum
Coba pair programming
Gunakan tools kolaborasi seperti Git, Notion, Trello, atau Slack
Soft Skill = Nilai Tambah yang Membuat HR Hire Kamu
Banyak kandidat gagal bukan karena tidak bisa coding, tetapi karena:
Tidak mampu menjelaskan jalan pikirannya
Sulit diajak kerja sama
Tidak punya inisiatif
Tidak bisa menyelesaikan masalah secara mandiri
Kalau kamu punya kombinasi hard skill + soft skill yang baik, HR akan melihat kamu sebagai calon developer yang siap kerja, bukan sekadar “lulusan bootcamp”.
Upgrade Soft Skill Kamu Lewat Bootcamp GoLang Code Academy
Banyak bootcamp hanya fokus pada kemampuan teknis, padahal di dunia kerja soft skill punya peran yang sama pentingnya.
Di Bootcamp GoLang Code Academy, kamu akan mendapatkan pembelajaran yang lengkap — bukan hanya GoLang dari dasar sampai siap produksi, tetapi juga sesi tambahan untuk mengembangkan soft skill yang dibutuhkan developer modern.
Kamu akan belajar:
Problem-solving dengan studi kasus seperti engineer di perusahaan tech
Cara komunikasi efektif untuk interview maupun kerja tim
Kolaborasi dalam metode Agile/Scrum
Attitude profesional dan pola pikir seorang engineer
Dengan kombinasi ini, kamu bukan cuma “bisa coding”, tapi benar-benar siap menghadapi HR, technical test, dan lingkungan kerja nyata.



.png)
Komentar